Selamat siang para
pembaca. Hari ini adalah hari Jum’at, apakah anda semua sudah melaksanakan
shalat Jum’at di daerahnya masing-masing? Semoga sudah melaksanakan bagi yang
laki-laki. Dan pada siang ini, penulis ingin meberikan sedikit artikel mengenai
Hikmah di balik bulan Sya’ban. Ingin tahu bagaimana pembahasannya. Berikut uraian
artikelnya.
Menurut
Imam Ghazali, Sya’ban diambil dari kata asy-syi’bi
yang artinya ‘jalan di gunung’. Maksudnya, Sya’ban adalah jalan kebaikan. Isyarat
kebaikan ini telah banyak digariskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.
Di
antaranya Allah SWT berfirman, “Itulah
(karunia) yang(dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman
dan mengerjakan amal yang shalih. Katakanlah, ‘Aku tidak meminta kepadamu
sesuatu upah pun atas seruanku, kecuali kasih saying dalam kekeluargaan.’ Dan siapa
yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya
itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
(Q.S.Asy-Syura [42]: 23)
Dalam
sebuah riwayat dikemukakan bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah saw. tentang al-birr
(kebaikan). Lalu Allah SWT menurunkan ayat berikut ini, “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 177)
Bulan
Sya’ban juga menjadi penanda penting bagi umat Islam, sebab pada bulan ini
kiblat berpindah dari Baitul Maqdis, di Palestina, kea rah Ka’bah, di Mekah. Hal
ini ditandai dengan turunnya ayat Al-Qur’an, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke
arahnya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 144)
Menurut
Imam Al-Ghazali, pada malam ke-13 Sya’ban, Allah SWT memberikan sepertiga syafa’at
kepada hamba-Nya. Pada malam ke-14, seluruh syafa’at itu diberikan secara
penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak
sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karena pada
malam ke-15 Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia akan dinaikkan ke hadapan
Allah SWT.
Di
antara amalan yang dianjurkan pada bulan Sya’ban adalah berpuasa. Rasulullah
saw. sendiri banyak berpuasa pada bulan ini. Dalam hadits dari Usamah bin Zaid
dijelaskan, ketika dia bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, aku
tidak pernah melihatmu memperbanyak puasa (selain Ramadhan), kecuali pada bulan
Sya’ban?” Rasulullah saw menjawab, “Itu bulan di mana manusia banyak
melupakannya antara Rajab dan Ramadhan. Pada bulan itu perbuatan dan amal baik
diangkat ke Tuhan semesta alam. Aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam
keadaan puasa.” (H.R. Abu Dawud dan Nasa’i)
Selain
berpuasa, pada bulan Sya’ban ini juga terdapat satu malam yang mulia, yaitu
malam Nisfu Sya’ban. Mengenai keutamaannya, dijelaskan dalam hadits yang
diriwayatkan dari Aisyah, “Suatu malam Rasulullah shalat, kemudian beliau
bersujud panjang, sehingga aku menyangka Rasulullah telah “diambil”. Karena curiga,
aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah
usai shalat beliau berkata, ‘Hai Aisyah, engkau tidakdapat bagian?’ Lalu aku
menjawab, ‘Tidak, ya Rasulullah, aku hanya berpikiran yang tidak-tidak
(menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama.’ Lalu
beliau bertanya, ‘Taukah engkau, malam apa sekarang ini.’ ‘Rasulullah yang
lebih tahu,’ jawabku. ‘Malam ini adalah malam Nisfu Sya’ban, Allah mengawasi
hamba-Nya pada mala mini. Dia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi
kasih saying mereka yang meminta kasih saying dan menyingkirkan orang-orang
yang dengki.’” (H.R. Baihaqi)
Dalam
hadits yang diriwayatkan Ali, Rasulullah bersabda, “Malam Nisfu Sya’ban maka
hidupkanlah dengan shalat dan puasalah pada siang harinya. Sesungguhnya Allah turun
ke langit dunia pada mlam itu, lalu Allah bersabda, ‘Orang yang meminta ampunan
akan Aku ampuni, orang yang meminta rezeki akan Aku beri rezeki, orang-orang
yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing.’” (H.R Ibnu Majah dengan sanad lemah)
Ulama
berpendapat bahwa hadits lemah dapat digunakan untuk fadhail a’mal (keutamaan amal). Walaupun hadits-hadits tersebut
tidak shahih, namun melihat dari hadits-hadits lain yang menunjukkan keutamaan
bulan Sya’ban, dapat diambil kesimpulan bahwa malam Nisfu Sy’ban jelas
mempunyai keutamaan dibandingkan dengan malam-malam lainnya.
Admin : Agung Surya Adi P
Saat ini anda sedang membaca
Hikmah di balik bulan Sya'ban
. Jika ada salah kata atau kata yang kurang berkenan, kami mohon maaf. Terimakasih atas kunjungan anda sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel ini, Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Semoga Artikel dapat
Hikmah di balik bulan Sya'ban
bermanfaat.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini
untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di
Bacaan Ringan

