Selamat
malam semuanya. Bagaimana kabar kalian semua di akhir pecan dan di awal bulan
Juni ini? Semoga menyenangkan. Untuk mengisi waktu, penulis ingin memberikan
sedikit artikel mengenai Tauhid, [Hakikat dan Kedudukannya]. Langsung saja,
berikut pembahasannya.
Sebelum
kita mulai, kita harus tau terlebih dahulu apa itu tauhid. Tauhid menurut
Syaikh Muhammad at-Tamimi adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi
kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang
dilakukannya. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidlah (menurut tuntunan
Islam) yang akan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan
kebahagiaan yang hakiki di alam Akhirat nanti. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (Q.S. An-Nahl [16]: 97).
Berdasarkan
pada pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan manusia, maka wajib bagi setiap
musilm untuk mempelajarinya.
Tauhid
bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa penciptaan alam semesta ini adalah
Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud
(keberadaan)-Nya dan wahdaniyah (keesaan-)Nya; dan bukan pula sekedar mengenal
Asma’ dan Sifat-Nya.
Iblis
mempercayai bahwa tuhannya adalah Allah; bahkan mengakui keesaan dan
kemahakuasaan Allah dengan permintaannya kepada Allah melalui Asma’ dan
Sifat-Nya. Kaum Jahiliyah kuno yang dihadapi Rasulullah saw. juga meyakini
bahwa Tuhan Pencipta, Pengatur, Pemelihara, dan Penguasa alam semesta ini
adalah Allah. Namun, kepercayaan dan keyakinan mereka itu belumlah menjadikan
mereka sebagai makhluk yang berpredikat Muslim, yang beriman kepada Allah SWT.
Dari sini lalu timbul pertanyaan, “Apakah hakikat tauhid itu?”
Tauhid,
ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu menghambakan diri hanya kepada Allah
secara murni dan konsekuen, dengan menaati segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap, dan takut
kepada-Nya.
Untuk
inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah. Dan sesungguhnya, misi para Rasul
adalah untuk menegakkan tauhid dalam pengertian tersebut, mulai dari Rasul
pertama hingga Rasul terakhir, Nabi Muhammad saw.
Firman
Allah SWT, “Dan aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S.
Adz-Dzariyat [51]: 56).
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah
thaghut itu.” (Q.S. An-Nahl [16]: 36).
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil.’” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 23-24).
“Sembahlah Allah dan jangalah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun (berbuat syitik).” (Q.S. An-Nisa
[4]: 36)
Ibnu
Mas’ud r.a. berkata, “Barangsiapa yang ingin melihat wasiat Nabi Muhammad saw.,
yang tertera diatasnya cincin stempel milik beliau, maka hendaklah dia membaca
firman Allah SWT, ‘Katakanlah (Muhammad),
‘Marilah kubacakan apa yang diharapkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah
kamu berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya…’ dan seterusnya, samai pada
firman-Nya, ‘Dan (kubacakan), ‘Sungguh
inilah jalan-Ku berada dalam keadaan lurus…’ dan seterusnya.”
Mu’adz
bin Jabal r.a., menuturkan, “Aku pernah diboncengkan Nabi saw. di atas seekor
keledai. Lali beliau bersabda kepadaku, ‘Hai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah
yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti
dipenuhi Allah?’ Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Beliau
pun bersabda, ‘Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah supaya
mereka beribadah kepada-Nya dan tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya;
sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah bahwa Allah tidak
akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya.’ Aku
bertanya, ‘Ya Rasulullah, tidak perlukan aku menyampaikan kabar gembira ini
kepada orang-orang?’ Beliau menjawab, ‘Janganlah kamu menyampaikan kabar
gembira ini kepada mereka, sehingga mereka nanti akan bersikap menyandarkan
diri.’” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih
mereka).
Kandungan
dari pembahasan ini, antara lain :
1. Hikmah diciptakannya jin dan manusia
oleh Allah SWT.
2. Ibadah adalah hakikat tauhid, karena
pertentangan yang terjadi (antara Rasulullah saw. dengan kaum musyrikin) dalam
masalh tauhid ini.
3. Bahwa ajaran/tuntunan para nabi adalah
satu, [yaitu: tauhid (oemurnian ibadah kepada Allah)].
Admin : Agung Surya Adi P
Saat ini anda sedang membaca
Tauhid, [Hakikat dan Kedudukannya]
. Jika ada salah kata atau kata yang kurang berkenan, kami mohon maaf. Terimakasih atas kunjungan anda sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel ini, Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Semoga Artikel dapat
Tauhid, [Hakikat dan Kedudukannya]
bermanfaat.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini
untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di
Bacaan Ringan

